Hilangnya Cinta Biru

Standard

Kriiiiing…kriiiiing…..
alarm handphone Jingga berbunyi menandakan saat beraktifitas telah tiba kembali. Jingga sangat bersemangat hari ini, karena pada hari ini kekasihnya mengambil libur kerja sehingga ia bisa menghabiskan waktu bersama kekasihnya.

“Tumben hari ini semangat banget bangunnya???”. mama Jingga  bertanya dengan heran.

“Bagus dong ma kalo aku bangun pagi”. Sahut Jingga dengan nada riang.

“Hari ini kamu interview jam berapa?” sambung mama.

“Mungkin abis pulang kampus ma”. Jawab Jingga santai.

Sambil menghabiskan sarapan ia mengirim pesan kepada Biru, kekasihnya.

To : Biru
From : Jinggga
selamat pagi  pangeranku tersayang….
hari ini kamu kuliah kan?
jangan lupa jemput aku ya
aku sayang kamu, love you..

Setelah selesai mengirimkan pesan kepada Biru, ia langsung menuju kamar untuk memilih baju yang akan ia kenakan. satu pasang, dua pasang, tiga pasang, akhirnya ia menemukan juga baju yang pas untuk ia kenakan. setelah selesai memilih baju ia bergegas mandi.

***

“Biru kemana sih? udah jam segini belum dating juga”. Gerutu Jingga sambil mondar-mandir dengan flat shoesnya.

“Mungkin macet  kali”. terdengar suara mama Jingga menyahut dari dalam.

Beberapa menit kemudian, Biru datang. Mereka langsung bergegas ke kampus.

***

Sesampainya di kampus, Jingga dan Biru langsung masuk menuju kelas. Sebenarnya Jingga tidak mengambil mata  kuliah pada hari itu, namun atas dasar kesetiaannya kepada Biru dengan suka rela ia menemani  Biru mengikuti kelas tersebut. Biru dan Jingga mengambil kursi di bagian belakang, karena keadaan kelas pada saat itu sudah penuh.

“Duduk disini aja”. Pinta  Biru kepada Jingga.

“Nanti mau dianter interview  sama siapa? sama aku atau sama Lia?”. Tanya Biru sambil menggemgam tangan Jingga.

“Terserah kamu aja. Kalo kamu ada waktu ya sama kamu  aja tapi kalo kamu ga sempet, aku sama Lia juga ga  apa-apa kok”. Jawab Jingga sambil tersenyum.

“Jingga, Lo pindah ke sini dong!! gue ga ngerti nih!!!”. Lia meminta Jingga untuk duduk di sebelahnya.

“Yaudah, lo catet aja soalnya nanti gue yang kerjain”. Sahut Jingga yang seakan tidak ingin beranjak dari sisi Biru.

***

“Selesai juga akhirnya, udah  mumet gue di kelas”. Ujar Lia dengan riang.

“Lo mau dianter gue  atau Biru??”. Sambungnya lagi.

“Gue sama  Biru aja deh, kebetulan juga dia libur hari ini”. Jawab Jingga sambil melirik kanan kiri mencari Biru.

“Yaudah kalo gitu gue pulang aja ya, badan gue ga enak  banget  nih”. Sambung Lia sambil menggantungkan tas berwarna coklat di punggungnya.

“Lo pulang sendiri? emang ga apa-apa?”. Tanya Jingga khawatir.

“Iya ga apa-apa kok. Tenang aja”. Jawab Lia  dengan nada cuek.

“Lo  mau pulang Li?”. Biru datang dari arah belakang menyambung percakapan Lia  dan Jingga.

“Iya gue  mau pulang. Yaudah gue pulang ya”. Lia mengakhiri percakapannya dengan Jingga dan Biru.

“Yauudah hati-hati ya Li”. Sahut Biru dan Jingga berbarengan.

“Jingga, aku mau ngerjain tugas dulu ya sebentar. ga apa-apa kan?”

“iya. ga apa-apa kok”.

Dengan sabar Jingga menemani Biru menyelesaikan tugasnya. Sesekali Biru menggoda Jingga sehingga tawa canda mewarnai kebersamaan mereka saat itu. Hati Jingga merasa sangat senang, karena sudah lama  sekali ia tak merasakan seperti ini, berdua bersama Biru. Akhir-akhir ini Biru jarang memilki waktu untuk berdua bersama Jingga karena disibukkan oleh pekerjaannya, terlebih lagi letak kediaman Biru yang baru kini jaraknya  lumayan jauh dari rumah Jingga. Faktor-faktor tersebutlah yang menyebabkan Jingga  sangat merindukan saat-saat berdua dengan Biru.

“Mau berangkat sekarang?”. Biru bertanya  kepada Jingga.

“Terserah kamu. emang tugasnya udah selesai?”

“udah selesai kok!!!”

“Yaudah berangkat sekarang aja yuk!! takut kantornya keburu tutup.”

Akhirnya mereka bergegas pergi menuju sebuah percetakan buku, tempat dimana Jingga diminta datang untuk interview.

***

Setelah melakukan perjalanan yang cukup panjang, sampailah mereka pada tempat yang dituju.

“Udah sampe nih?” Ucap Biru kepada Jingga.

“Iya. Tapi tempatnya yang mana ya?”. Tanya Jinggga kebingungan.

“Coba kamu Tanya sama Bapak itu”. Perintah Biru sambil menunjuk seseorang yang sedang berdiri di sudut sebuah  rumah.

“Kamu aja yang tanya”.

“Kalo aku terus yang Tanya gimana kamu mau mandiri?”. Ujar Biru seraya melatih rasa percaya diri Jingga.

Entah mengapa, saat Biru berbicara seperti itu Jingga menangkap maksud lain. Dalam hati Jingga tersirat, Biru berbicara seperti itu agar Jingga bisa mandiri tanpa bantuan Biru. Entah mengapa saat itu Jingga merasa kalau bayu ingin melepaskannya dan pergi darinya.

“Perasaan apa ini? mengapa hatiku terasa sangat sesak? sebenarnya apa yang akan terjadi?”.  pertanyaan-pertanyaan mulai muncul dari dalam hati Jingga.

“Mengapa perasaanku sangat takut sekali? “

Jingga kembali memfokuskan fikirannya dan bergegas masuk kedalam ruang interview yang telah disiapkan. Pertanyaan demi pertanyaan mampu Jingga jawab dengan baik. Tanpa terasa proses interview telah selesai. Akhirnya Biru mengantar Jingga pulang sampai rumah.

“Aku ga mampir ya, aku cape mau istirahat di rumah”. Pinta Biru kepada Jingga.

“Yaudah kamu istirahat aja ya sayang, makasih udah nemenin aku seharian”. Jawab Jingga sambil Tersenyum.

***

Sesampainya dirumah, Jingga langsung masuk ke kamar dan menyalakan handphonenya  yang  lowbet. Sambil mencharge handphonenya, Jingga mengecek pesan masuk yang belum sempat ia baca. Tiba-tiba ia tersentak, ketika melihat salah satu pesan masuk tersebut. Pesan tersebut dari wanita yang selalu berusaha merusak hubungan Jingga dengan Biru. Jingga langsung menangis ketika membaca pesan tersebut.

To : Jingga
From : +622198559260
hari ini gue mau ketemuan sama Biru. Gue mau minta kepastian sebenernya  siapa yang dia pilih, lo atau gue? karena dia bilang kalo dia sayang sama gue. kalo lo mau kita ketemu bertiga.

hati Jingga langsung bergetar, tanpa  disadari  air  matanya mulai menetes. dengan rasa tidak percaya ia  langsung  mengirim pesan kepada Biru.

To : Biru
From : Jingga
Sayang, perempuan itu sms aku lagi. aku takut. setiap perempuan itu sms pasti sesudahnya akan ada masalah yang timbul. aku takut kamu tinggalin aku.

tak beberapa lama Biru membalas pesan Jingga.

To : Jingga
From : Biru
Aku juga ga kan  pernah mau tinggalin kamu. kamu tenang aja ya sayang. emang dia sms apa? udah cuekin aja ya biar aku tenang sayang. aku mau istirahat kamu juga istirahat ya.

dengan hati yang sedikit tenang Jingga membalas kambali pesan Biru.

To : Biru
From : Jingga
Iya sayang kamu istirahat aja ya, jangan kemana-mana. apapun yang terjadi aku selalu sayang kamu sekalipun aku dalam keadaan marah.

Walaupun Jingga sudah sedikit tenang mendengar kata-kata Biru, tetapi hatinya tetap saja gelisah pikirannya kacau. Di tambah lagi wanita itu selalu mengatakan kalau malam ini Biru  akan bertemu dengannya, padahal Biru mengatakan kepada Jingga kalau malam ini ia ingin istirahat karena sangat lelah setelah seharian menghabiskan waktu bersama Jingga. Jingga tidak percaya kalau Biru benar-benar ingin bertemu dengan Perempuan itu malam ini. Karena  rasa penasarannya, akhirnya Jingga menyetui usulan perempuan itu untuk menemuinya tanpa sepengetahuan Biru.

***

Waktu menunjukkan pukul 8 malam. Suasana jalan sudah mulai sepi. Udara malam yang dingin, serta rintik hujan yang menetes tak dapat menghalangi langkah Jingga untuk membuktikan bahwa apa yang dikatakan wanita itu tidak benar. Hati Jingga benar-benar gelisah tak menentu, ia sangat galau. Ia sangat meyakini kalau saat ini Biru tidak sedang dengan perempuan itu. Sudah 1 jam Jingga berdiri di pinggir jalan menunggu kabar dari wanita itu dimana ia bisa menemui wanita itu. Kriiiiing….Kriiiiing…. Hp Jingga berbunyi, ternyata itu sebuah panggilan masuk dari wanita tersebut.

“Halo!!! Lo ada dimana?”. Tanya Jingga.

“Sekarang gue udah sama dia. Nanti gue  kabarin lagi dimana kita bisa ketemu!!!”. Wanita itu menjawab dan langsung memutuskan pembicaraan.

Mendengar apa yang dikatakan wanita itu, pikiran Jingga mulai kalut. ia bertanya-tanya apakah benar saat ini Biru ada bersama wanita itu?? Rasa galau mulai menyelimuti hatinya. Berkali-kali ia mencoba untuk menghubungi wanita itu namun tak ada jawaban. Akhirnya ia memutuskan untuk menghubungi Biru.

“Kamu dimana?”. Tanpa basa basi Jingga langsung menanyakan keberadaan Biru.

“Aku di rumah. emang ada apa sayang?”. Jawab Biru dengan nada ragu.

“Bener kamu di rumah?”. Jingga menegaskan pertanyaannya.

“Aku di rumah wanita itu”. Jawab Biru.

Jingga sangat tersentak mendengar jawaban Biru. Derai air mata mulai membasahi pipinya.

“Kamu ngapain disana??? Tadi kamu bilang kalau kamu mau istirahat!!!”

“Tadi dia minta aku buat jemput dia”.

“Terus kamu mau?? Buat apa??”.

“Dia bilang sama aku kalu dia mau nyerahin aku ke kamu. Demi Allah dia bilang begitu, tapi sekarang dia pingsan!!!!”

“Di dramatisir banget sih!!!!”. Jingga mulai terbakar amarah.

“Demi Allah. dia pingsan sayang. Udah kamu pulang ya ga usah nungguin dia ga bisa nemuin kamu”.

Dengan perasaan yang sangat kecewa Jingga langsung memutuskan sambungan telepon tersebut.
Ia pulang kembali ke rumah dengan langkah gontai. Ia tidak percaya, kekasih yang begitu ia cintai melebihi dirinya sendiri tega mengkhianati dan menyakiti perasaannya. Lagi dan lagi air matanya menetes bercampur dengan rintik hujan yang mendarat dengan lembut di wajahnya yang sendu. Sesampainya di rumah ia hanya berharap Biru menghubunginya kembali tanpa tersadar ia tertidur. Malam ini begitu berat dirasakan oleh Jingga. Baginya, hari ini adalah hari yang paling indah sekaligus paling menyakitkan. Hari ini Biru membuat hatinya merasa senang seakan membuatnya melayang, setelah itu Biru menjatuhkannya lagi.

***

Ciiiit..Ciiittt…Ciiitttt….Jingga terbangun mendengar kicauan burung. Begitu membuka mata ia langsung melihat handphonenya apakah ada kabar dari Biru atau tidak?? Ternyata tidak ada. Hatinya semakin hancur. Ia hanya berharap saat ini Biru sedang menyelesaikan masalahnya dengan wanita itu, jika masalahnya sudah selesai pasti Biru akan memberi kabar kepadanya. Selama satu hari Jingga hanya berdiam diri di kamar. Tidak ada lagi semangat yang ia miliki. Tubuhnya terkapar lemas. Matanya hanya tertuju pada sebuah handphone yang ia genggam. Ia sangat berharap Biru akan menghubunginya. Ia masih saja tidak bisa percaya semua ini. Jam sudah menunjukkan pukul 11 malam, tetapi Biru belum juga menghubunginya. Ia sangat lelah menunggu. Ia tidak mengerti sebenarnya apa yang terjadi pada Biru. Ia berusaha untuk memejamkan mata dan melupakan sejenak tentang semua hal yang terjadi, namun ketika ia memejamkan mata wajah Biru selalu muncul dan semakin membuatnya rapuh. Malam ini Jingga benar-benar tidak bisa memejamkan matanya. Tanpa terasa matahari mulai terbit, namun Jingga masih saja menunggu kabar dari Biru. Tiba-tiba sebuah pesan masuk berbunyi pada handphone Jingga. Tempampang nama Biru pada pesan tersebut. Hati Jingga mulai bangkit, ia sangat berharap Biru akan kembali dalam pelukannya dan meninggalkan wanita itu. Dengan rasa tak sabar ia  segera membaca pesan tersebut.

To : Jingga
From : Biru
Sebelumnya ge minta maaf, semalem gue ga bisa ketemu sama lo karna posisi gue ngedrop. jujur ya gue emang saat itu mau nyerahin Biru ke lo tapi sayang gue udah mendalam ke  dia jadi gue  berat banget buat pisah dari dia. udahlah mendingan lo ngelepas dia aja. percuma lo sms yang ada lo di bohongin lagi sama dia.  sampe kapanpun dia ga bisa lagi sama lo karna lo ga tau apa yang udah dia lakuin.  gue emang ga tau lo tapi gue tau segalanya tentang diri lo. kalo gue cerita semuanya mungkin lo ga sanggup dengernya. gue yakin lo pasti dapet yang lebih baik dari Biru, karna Biru ga sebaik yang lo fikir.

Jingga langsung terduduk lemas. Hatinya sangat hancur berkeping-keping ketika membaca pesan tersebut. Tubuhnya gemetar. Jiwanya terasa mati. Pesan tersebut ternyata bukan dari Biru melainkan dari wanita itu yang menggunakan handphone Biru. Jingga tidak mengerti apa arti semua ini.  Jingga benar-benar tidak percaya Biru telah membunuh hati Jingga yang dulu pernah Biru minta dari Jingga untuk mencintainya. Runtuh sudah benteng hati Jingga yang telah ia bangun dengan kokoh demi menjaga cinta Biru di dalam hatinya. Jingga benar-benar rapuh. Ia tak kuat menahan semua ini. Bagi Jingga, Biru adalah nyawanya. Kepergian Biru secara menyakitkan menyebabkan Jingga putus asa. Tanpa pikir panjang ia ingin sekali mengakhiri hidupnya. ia merasa tak sanggup hidup tanpa  Biru. Biru yang selalu memberi ia cahaya disaat gelap. Biru yang memberi ia arah saat tersesat. Biru yang selalu merengkuh ia disaat jatuh. Biru yang selalu percaya dengannya disaat semua orang tak mempercayainya. Biru yang membuat ia merasakan cinta seutuhnya. Biru yang mengajari ia tentang sebuah arti ketulusan. Betapa besar arti hadir Biru untuknya. Kini ia terpuruk sendiri dengan puing-puing kenangan yang tersisa. Kini ia belajar untuk menarik semua harapan-harapan yang telah ia  gantungkan kepada Biru. Kini  ia mulai menata kembali serpihan-serpihan hatinya yang telah hancur. Satu hal yang ia yakini, segala hal yang ada didunia ini tercipta berpasang-pasangan. Ada baik ada buruk. Ada awal ada akhir. Ada pertemuan tentu ada perpisahan. Mungkin kebersamaan Jingga dan Biru telah berakhir, namun cinta Jingga terhadap biru belum berakhir. Cinta itu akan tetap hidup dalam hati Jingga sampai pada saatnya nanti Jingga menemukan satu cinta yang dapat meruntuhkan cintanya kepada Biru.

2 thoughts on “Hilangnya Cinta Biru

Leave a comment